twitter


Kelangsungan Hidup
Makhluk Hidup
A. Adaptasi
Adaptasi diperlukan makhluk hidup untuk bertahan hidup. Adaptasi terbagi menjadi tiga macam, yaitu adaptasi morfologi, adaptasi fisiologi, dan adaptasi tingkah laku.
1. Adaptasi Morfologi
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian bentuk tubuh atau struktur tubuh tertentu dari suatu organisme terhadap lingkungannya. Adaptasi ini terjadi pada hewan dan tumbuhan.
a. Adaptasi Morfologi pada Hewan
Beberapa contoh adaptasi morfologi pada hewan adalah bentuk paruh dan kaki pada burung, tipe mulut serangga, dan bentuk gigi hewan.
1) Bentuk paruh dan kaki burung
Pernahkah kamu memperhatikan paruh burung yang berbeda-beda? Paruh burung beo berbeda dengan paruh burung elang. Paruh burung berbeda-beda sesuai dengan makanannya. Begitu juga dengan bentuk kaki burung, berbeda-beda sesuai dengan tempat hidup dan cara hidupnya. Burung elang memiliki kaki yang kuat untuk mencengkeram mangsanya dan memiliki paruh yang kuat untuk merobek mangsanya. Sedangkan, burung pencari makan di air memiliki paruh yang pipih dan panjang, serta memiliki kaki yang dilengkapi dengan selaput untuk berenang, contohnya adalah itik. Burung pelatuk yang memakan serangga di lubanglubang pohon memiliki paruh seperti pahat. Sedangkan, burung kolibri yang menghisap madu bunga memiliki paruh yang kecil dan panjang.
 2) Tipe mulut serangga
Pada serangga terdapat beberapa tipe mulut. Perbedaan ini disebabkan perbedaan jenis makanannya.
a) Tipe mulut untuk menggigit dan mengunyah, contohnya belalang.
b) Tipe mulut untuk menusuk dan menghisap, contohnya nyamuk.
c) Tipe mulut untuk menghisap, contohnya kupu-kupu.
3) Bentuk gigi hewan
Bentuk gigi hewan bermacam-macam, tergantung jenis makanannya. Hewan pemakan tumbuhan atau herbivora  memiliki gigi geraham depan dan belakang yang lebar
dan datar. Gigi ini sangat sesuai dengan fungsinya untuk mengunyah atau menggilas makanan. Hewan pemakan daging atau karnivora memiliki gigi taring yang tajam dan runcing untuk mengoyak mangsanya.
b. Adaptasi Morfologi pada Tumbuhan
Adaptasi pada tumbuhan dapat menyebabkan perbedaan yang sangat nyata pada tumbuhan. Berdasarkan
morfologi tubuhnya, tumbuhan dibagi menjadi beberapa macam, antara lain tumbuhan hidrofit, higrofit, dan xerofit.
1) Tumbuhan hidrofit
Tumbuhan hidrofit adalah tumbuhan yang hidup di air dalam waktu yang lama. Tumbuhan ini mengapung di permukaan air, berdaun lebar dan tipis, memiliki lapisan kutikula yang tipis dan mudah ditembus air. Contohnya adalah teratai dan eceng gondok.
2) Tumbuhan higrofit
Tumbuhan higrofit adalah tumbuhan yang hidup di lingkungan yang basah. Contohnya adalah keladi.
Tumbuhan ini memiliki ciri daun yang lebar untuk mempercepat penguapan.
3) Tumbuhan xerofit
Tumbuhan xerofit adalah tumbuhan yang hidup di daerah yang sedikit air, seperti gurun pasir. Contohnya
adalah kaktus. Ciri-ciri tumbuhan ini adalah berdaun tebal dan berduri untuk mengurangi penguapan. Tumbuhan xerofit memiliki jaringan penyimpan air di dalam batangnya yang tebal dan dilapisi oleh lapisan lilin.
2. Adaptasi Fisiologi
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian fungsi kerja alat-alat tubuh suatu organisme terhadap lingkungannya. Contohnya, orang yang berada di dataran tinggi biasanya memiliki jumlah sel darah merah yang lebih tinggi dibandingkan orang yang tinggal di dataran rendah. Contoh lainnya adalah di dalam saluran pencernaan hewan memamah biak, seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba terdapat mikro-organisme yang menghasilkan enzim selulase. Enzim ini berperan dalam mencerna selulosa yang
terdapat pada sel-sel tumbuhan yang dimakannya
3. Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku adalah perubahan perilaku suatu organisme untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Beberapa contoh adaptasi tingkah laku adalah sebagai berikut:
a. Mimikri
Mimikri adalah perubahan warna kulit hewan sesuai lingkungan tempat ia tinggal, contohnya bunglon. Apabila bunglon tinggal di daun yang hijau, tubuhnya akan berwarna hijau seperti daun. Sebaliknya, jika lingkungan tempat tinggalnya di batang pohon, warna tubuhnya akan seperti warna batang pohon. Hal ini menyebabkan bunglon terhindar dari pemangsanya. Serangga juga memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Misalnya, kupu-kupu yang menyerupai daun kering, ada juga serangga yang menyerupai daun yang hijau atau memiliki bentuk tubuh seperti ranting.
b. Autotomi
Pernahkah kamu melihat cecak melepaskan ekornya saat dikejar musuhnya? Ekornya yang lepas akan bergerakgerak sehingga perhatian pemangsa beralih ke ekor tersebut dan cecak dapat menghindar atau menyelamatkan diri dari pemangsanya. Hal ini disebut autotomi. Autotomi adalah pemutusan ekor pada hewan untuk menjaga dirinya dari serangan musuh.
c. Munculnya Paus ke Permukaan Air
Paus merupakan hewan mamalia yang hidup di air. Mereka bernapas dengan paru-paru. Untuk menghirup
udara yang mengandung oksigen, hewan tersebut muncul ke permukaan air. Setelah menghirup udara, hewan tersebut menyelam kembali ke dalam air. Kemudian, muncul kembali dan menghembuskan udara yang jenuh dengan uap air dari paru-paru melalui lubang hidung yang terdapat di bagian atas tubuh hewan tersebut.
d. Pengeluaran Cairan Tinta
Cumi-cumi dan gurita akan menyemprotkan tintanya dan berenang menjauh jika dalam keadaan bahaya. Hal ini dilakukan untuk mengecoh lawan sehingga lawan tidak bisa mengetahui keberadaannya karena lingkungan sekitarnya menjadi gelap.
e. Perilaku Reproduksi
Dalam perilaku reproduksi, biasanya seekor hewan jantan bertarung dengan jantan lain. Hal ini terjadi agar dapat menguasai si betina dan dapat melakukan perkawinan untuk berkembang biak. Ada pula jantan yang menunjukkan bagian-bagian tertentu dari tubuhnya untuk menarik perhatian si betina. Contohnya, burung merak jantan akan mengembangkan bulu ekornya untuk menarik perhatian betina saat musim kawin.
B. Seleksi Alam
Bencana alam atau perubahan iklim yang drastic menyebabkan alam berubah. Agar dapat terus hidup, makhluk hidup harus bisa beradaptasi dengan perubahan alam tersebut. Makhluk hidup yang tidak bisa beradaptasi akan punah. Oleh karena itu, secara tidak langsung alam menyeleksi organisme yang hidup di dalamnya. Apabila terjadi suatu bencana pada ekosistem, organism ekosistem tersebut memiliki dua pilihan, yaitu bertahan hidup atau bermigrasi. Bila bertahan hidup, organism tersebut harus dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Ada juga organisme yang lebih memilih untuk bermigrasi ke lingkungan yang lebih cocok. Di lingkungan yang baru ini, hanya organisme yang dapat beradaptasi yang
dapat hidup dan melestarikan keturunannya. Keturunan yang baru di tempat yang baru, lama kelamaan akan mengalami perubahan dan pada akhirnya akan terbentuk spesies yang baru.
1. Terbentuknya Spesies Baru
Organisme yang mampu bertahan hidup di tempat yang baru akan berkembang biak dan menghasilkan keturunan yang baru. Keturunan yang baru ini langsung bisa beradaptasi dengan lingkungan yang baru tanpa mengenal kebiasaan leluhurnya. Hal ini menyebabkan perubahanperubahan
yang mengarah ke evolusi dan menyebabkan terbentuknya spesies baru. Perubahan yang bisa menyebabkan terbentuknya spesies baru bisa dilihat pada burung Finch di pulau Galapagos yang diteliti oleh Charles Darwin. Nenek moyang burung Finch ini diduga berasal dari Ekuador yang memakan biji-bijian. Tetapi, burung Finch di pulau Galapagos memiliki paruh yang bentuk dan ukurannya berbeda-beda tergantung pada jenis makanannya. Burung Finch pemakan biji-bijian memiliki paruh berbentuk tebal dan kuat. Burung Finch penghisap madu memiliki bentuk paruh lurus dan panjang. Sedangkan, burung Finch pemakan serangga memiliki bentuk paruh yang seperti burung pemakan serangga. Perbedaan paruh burung Finch ini membuat Darwin menduga bahwa penyebabnya adalah terbatasnya biji-bijian di lingkungan yang baru. Akibatnya, keturunan yang baru beradaptasi dengan mengubah menu makanannya. Lama kelamaan hal ini menyebabkan perubahan bentuk paruh pada burung Finch. Perubahan ini menyebabkan generasi yang baru memiliki bentuk paruh yang sangat berbeda dengan leluhurnya dan mengarah ke bentuk spesies yang baru.
2. Kepunahan Organisme
Organisme yang tidak bisa beradaptasi dengan lingkungannya akan mengalami kepunahan. Punahnya organisme ini bisa terjadi karena alam dan ulah manusia. Contoh musnahnya organisme karena alam adalah punahnya Dinosaurus yang disebabkan oleh perubahan iklim yang sangat drastis di muka bumi saat itu. Para ahli menduga, saat itu ada meteor raksasa yang jatuh ke bumi yang membuat bumi dipenuhi gas, debu, dan pecahan batu. Hal ini menyebabkan bumi menjadi sangat panas sehingga
tumbuhan menjadi kering. Akibatnya, Dinosaurus herbivore tidak memperoleh makanan, dan akhirnya mati. Hal ini menyebabkan Dinosaurus karnivora juga mati sehingga semua Dinosaurus musnah.
Musnahnya organisme juga dapat disebabkan oleh ulah manusia yang melakukan perburuan liar, penebangan pohon, dan pembakaran hutan. Hal ini menyebabkan organisme kehilangan tempat tinggal dan akhirnya punah.
C. Perkembangbiakan pada Tumbuhan
Perkembangbiakan pada tumbuhan dibagi menjadi dua macam, yaitu perkembangbiakan generatif atau seksual dan vegetatif atau aseksual. Perkembangbiakan generatif adalah perkembangbiakan secara kawin, terjadinya individu baru didahului dengan peleburan sel kelamin jantan dan betina. Sedangkan, vegetatif adalah perkembangbiakan secara tak kawin.
1. Cara Reproduksi pada Tumbuhan
Berikut ini adalah cara-cara reproduksi pada beberapa tumbuhan, baik secara vegetatif maupun generatif.
a. Reproduksi Vegetatif
Reproduksi vegetatif atau aseksual adalah perkembangbiakan secara tidak kawin, individu baru berasal dari bagian-bagian tubuh induknya. Reproduksi vegetatif dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu vegetatif alami dan vegetatif buatan.
1) Vegetatif alami
Jenis-jenis perkembangbiakan secara vegetatif alami pada tumbuhan adalah sebagai berikut.
a) Membelah diri atau pembelahan biner
Perkembangbiakan dengan membelah diri adalah satu sel induk membelah menjadi dua atau lebih sel anak. Setiap sel anak tumbuh menjadi individu baru. Sel anak sama dengan sel induk. Contohnya adalah pembelahan biner pada ganggang biru.
b) Spora
Individu baru terbentuk dari spora yang dihasilkan oleh induknya. Tiap spora bisa tumbuh menjadi individu baru. Perkembangbiakan dengan spora terjadi pada alga, jamur, lumut, dan paku-pakuan.
c) Stolon atau geragih
Stolon adalah cabang yang tumbuh mendatar di atas permukaan tanah. Contohnya, stroberi, rumput teki, dan daun kaki kuda.
d) Umbi
Umbi adalah bagian tanaman yang berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan. Umbi dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
(1) Umbi akar
Umbi akar adalah akar yang tumbuh membesar dan beberapa tempat pada umbi tersebut terdapat calon
tunas yang dapat tumbuh menjadi individu baru. Contoh: ubi.
(2) Umbi batang
Umbi batang adalah batang yang tumbuh membesar. Contoh: wortel, lobak, dan bit.
(3) Umbi lapis
Merupakan modifikasi dari pelepah daun yang tersusun rapat membentuk umbi. Pada setiap ketiak lapisan
terdapat calon tunas. Bagian dasar umbi yang berbentuk cakram merupakan modifikasi dari batang. Contoh: bawang merah, bawang putih, dan bawang bombay.
e) Rimpang atau akar tinggal
Akar tinggal disebut juga rhizoma, yaitu batang yang tumbuh mendatar di dalam tanah. Contoh: kunyit, jahe, kencur, dan temu lawak.
f) Tunas
Tunas adalah tumbuhan yang tumbuh dari batang yang berada di dalam tanah. Umumnya, individu baru
tumbuh tidak jauh dari induknya sehingga tumbuhan yang berkembang biak dengan tunas membentuk rumpun. Contoh: pisang, bambu, dan tebu.
g) Tunas adventif
Tunas adventif adalah tunas yang tumbuhnya tidak pada batang, misalnya di daun. Contoh: cocor bebek, cemara, dan sukun.
2) Vegetatif buatan
Vegetatif buatan terbagi menjadi beberapa macam, antara lain:
a) Mencangkok, hanya bisa dilakukan pada tumbuhan yang berkambium (dikotil). Contoh: jeruk, mangga,
belimbing, dan jati.
b) Menyambung atau mengenten, dengan tujuan menyambung dua jenis tanaman yang berbeda sifatnya,
biasanya dilakukan pada pucuk tanaman. Contoh: singkong karet dengan singkong biasa.
c) Menempel atau okulasi, yaitu menggabungkan dua jenis tanaman yang berbeda sifatnya dengan menggunakan lapisan kulitnya (pada mata tunas). Contoh: jeruk bali dengan jeruk limau.
d) Stek, yaitu cara memperbanyak tanaman dengan menggunakan potongan-potongan dari bagian tubuh
tanaman, baik akar, batang, atau daun. Contoh: tebu, tanaman bunga, dan singkong.
e) Merunduk, yaitu membengkokkan cabang atau ranting tanaman ke bawah. Contoh: alamanda dan apel.
b. Reproduksi Generatif
Tumbuhan melakukan reproduksi generatif dengan cara sebagai berikut:
1) Konjugasi, yaitu reproduksi generatif pada tumbuhan yang belum jelas alat kelaminnya. Contoh: Spyrogyra (ganggang hijau) yang koloninya berbentuk benang.
2) Isogami, yaitu peleburan 2 sel gamet atau kelamin yang sama besar. Contoh: Clamydomonas (ganggang biru).
3) Anisogami, yaitu peleburan 2 sel gamet yang besarnya tidak sama. Gamet 1 lebih kecil (mikrogamet) dan gamet 2 lebih besar (makrogamet). Contoh: Ulva (ganggang yang berbentuk lembaran).
4) Penyerbukan yang diikuti dengan pembuahan. Terjadi pada tumbuhan berbunga (Antophyta) atau tumbuhan berbiji (Spermatophyta). Alat kelamin jantan berupa benang sari dan alat kelamin betinanya berupa putik.
c. Metagenesis
Penjelasan tentang metagenesis adalah sebagai berikut:
1) Terjadinya reproduksi bergantian antara vegetatif dan generatif.
2) Terjadi pada tumbuhan lumut dan paku-pakuan.
3) Setiap generasi mengalami pergiliran keturunan, yaitu dari generasi gametofit (generasi penghasil gamet) ke generasi sporofit (generasi penghasil spora).
2. Penyerbukan
Penyerbukan adalah peristiwa jatuhnya serbuk sari di kepala putik. Berdasarkan penyebab sampainya serbuk sari di kepala putik, penyerbukan dibedakan menjadi:
1) Anemogami (penyerbukan yang dibantu oleh angin), contohnya rumput, jagung, padi.
2) Zoidiogami (penyebabnya hewan), dibagi menjadi beberapa macam, yaitu:
a) Entomogami (serangga), contoh: bunga matahari. b) Kiropterogami (kelelawar), contoh: jambu biji.
c) Ornitogami (burung), contoh: padi.
d) Malakogami (siput), contoh: tumbuhan buah.
3) Hidrogami (air), contoh: tumbuhan air.
4) Antropogami (manusia), contoh: vanili.
Berdasarkan asal serbuk sarinya, penyerbukan dibedakan menjadi:
1) Autogami (penyerbukan sendiri). Serbuk sari berasal dari bunga yang sama. Autogami yang terjadi sebelum bunga mekar disebut kleistogami.
2) Geitonogami (penyerbukan tetangga). Serbuk sari berasal dari bunga lain, tetapi masih satu pohon.
3) Alogami. Serbuk sari berasal dari pohon lain, tapi masih satu varietas.
4) Bastar. Serbuk sari dari pohon lain yang berbeda varietas.
3. Pembuahan
Pembuahan adalah proses peleburan antara sel kelamin jantan dan sel kelamin betina menjadi zigot sebagai calon individu baru.
a. Pembuahan pada Tumbuhan Biji Terbuka (Gymnospermae)
Tumbuhan Gymnospermae disebut tumbuhan berbiji tertutup karena bijinya tidak tertutup, contohnya melinjo dan pakis haji. Serbuk sari terdiri atas dua sel, yaitu sel vegetatif(besar) dan sel generatif (kecil).
Serbuk sari yang jatuh di kepala putik berada pada tetes penyerbukan, diisap masuk ke ruang serbuk sari melalui mikrofil. Serbuk sari ini akan tumbuh membentuk buluh serbuk sari, kemudian bergerak menuju ruang arkegonium yang berisi sel telur. Sel generatif akan membelah menjadi dua, yaitu membentuk sel dinding (sel dislokator) dan sel spermatogen. Selanjutnya, sel spermatogen membelah membentuk dua
spermatozoid yang mempunyai bulu getar. Jika buluh serbuk sari sudah sampai ke arkegonium, sel vegetatif akan lenyap, sel spermatozoid akan membuahi sel telur dan membentuk zigot. Proses pembuahan ini hanya terjadi satu kali sehingga disebut pembuahan tunggal.
 b. Pembuahan pada Tumbuhan Biji Tertutup(Angiospermae)
Apabila serbuk sari jatuh di kepala putik, serbuk sari melekat. Serbuk sari tumbuh menjadi buluh serbuk sari yang di dalamnya terdapat satu inti vegetatif dan dua inti generatif. Buluh serbuk sari menuju ruang bakal biji dengan inti vegetatif sebagai petunjuk jalan. Sesampainya serbuk sari di dalam bakal biji, inti vegetatif mati. Inti generatif 1 membuahi ovum dan menghasilkan zigot, inti generatif 2 membuahi inti kandung lembaga sekunder yang berfungsi menghasilkan cadangan makanan (endosperm) bagi calon
individu baru. Pembuahan ini disebut pembuahan ganda karena terjadi dua pembuahan.
4. Pemencaran Organisme
Area atau daerah distribusi organisme satu dengan yang lain tidak sama karena kehidupan organisme sangat bergantung pada kondisi lingkungan. Tumbuhan dapat hidup secara optimum apabila syarat yang diperlukan untuk tumbuh dan lingkungannya dapat dipenuhi.
a. Pemencaran Tumbuhan dengan Bantuan Faktor Dalam
Pemencaran ini dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pemencaran alat reproduksi vegetatif dan pemencaran alat reproduksi generatif.
1) Pemencaran alat reproduksi vegetatif
Terjadi pada tumbuhan yang tidak menghasilkan biji. Contoh: pemencaran dengan stolon, rhizoma, umbi batang, dan tunas.
2) Pemencaran alat reproduksi generatif (pemencaran secara mekanik)
Pemencaran dapat terjadi melalui cara-cara berikut ini:
a) Mekanisme ledakan
Terjadi pada buah polongan, misalnya: petai cina. Jika kulit buah kering karena sinar matahari, maka akan
mengerut dan pecah mendadak (meledak).
b) Gerak higroskopis
Terjadi pada buah dalam keadaan basah dan karena perbedaan kadar air, kulit buah akan pecah. Misalnya:
nangka
c) Mekanisme pedupaan (dengan penggoyangan), misalnya jagung
Terjadi karena adanya penggoyangan, misalnya oleh tiupan angin. Contoh: jagung.
b. Pemencaran Tumbuhan dengan Bantuan Faktor Luar
Pemencaran ini dibedakan menjadi anemokori, hidrokori, zookori, dan antropokori.
1) Anemokomori
Anemokori adalah pemencaran dengan bantuan angin. Biasanya terjadi pada struktur biji yang dapat terbang, misalnya ringan dan kecil (biji anggrek), bersayap (biji mahoni), dan berjambul (biji aster, gerbera, dan kapas).
2) Hidrokori
Hidrokori adalah pemencaran tumbuhan dengan bantuan air. Terjadi pada biji yang berat jenisnya kurang
dari satu dan mempunyai perlindungan yang baik (kulit biji ada 3 lapis), misalnya pada kelapa.
3) Zookori
Zookori adalah pemencaran tumbuhan dengan bantuan hewan. Zookori dibedakan menjadi:
a) Entomokori (dengan bantuan serangga, misalnya tumbuhan bunga).
b) Ornitokori (dengan bantuan burung, misalnya tumbuhan biji-bijian).
c) Kiropterokori (dengan bantuan kelelawar, misalnya tumbuhan buah-buahan).
d) Mamokori (dengan bantuan mamalia, misalnya kopi oleh musang).
4) Antropokori (dengan bantuan manusia)
Antropokori dapat terjadi secara sengaja (eksozoit).Misalnya, terjadi pada tumbuhan yang mendatangkan
keuntungan (kopi, cengkeh, padi, dan lain-lain). Secara tidak sengaja (endozoit), misalnya biji rumput jarum yang menempel pada pakaian atau bahan lain yang dibawa oleh manusia.
D. Perkembangbiakan pada Hewan
Perkembangbiakan pada hewan bisa terjadi secara aseksual dan seksual. Hewan avertebrata memiliki cara
reproduksi yang berbeda dengan hewan vertebrata.
1. Reproduksi pada Hewan Avertebrata
Reproduksi pada hewan avertebrata dapat terjadi secara vegetatif maupun generatif.
a. Secara Vegetatif
Perkembangbiakan secara vegetatif pada hewan avertebrata adalah dengan cara-cara sebagai berikut.
1) Pembelahan biner, contoh: Protozoa.
2) Fragmentasi (memisahkan sebagian koloni), contoh: Volvox.
3) Sporalasi (dengan membentuk spora), contoh: Plasmodium.
4) Tunas atau gemule, contoh: hydra, porifera, dan colenterata.
5) Regenerasi (membentuk kembali bagian tubuh yang hilang). Contoh: cacing planaria dan bintang laut.
b. Secara Generatif
Perkembangbiakan secara generatif pada hewan avertebrata adalah dengan cara-cara sebagai berikut.
1) Partenogenesis (individu baru berasal dari sel telur yang tidak dibuahi), contoh: semut jantan dan lebah jantan.
2) Dengan pembuahan, individu baru berasal dari peleburan sel kelamin betina atau sel telur dan sel
kelamin jantan atau spermatozoa.
a) Konjugasi, yaitu reproduksi pada organisme yang belum jelas alat kelaminnya, antara individu jantan
dan betina belum bisa dibedakan. Contoh: cacing dan Paramecium.
b) Anisogami, peleburan gamet yang tidak sama besar. Contoh: terjadi pada plasmodium dalam tubuh
nyamuk.
c) Hermafrodit, merupakan peristiwa yang menyimpang dari kebiasaan, yaitu individu mampu menghasilkan sel kelamin jantan dan betina. Contoh: hydra, cacing pita, dan cacing tanah.
2. Reproduksi pada Hewan Vertebrata
Reproduksi pada hewan vertebrata hanya terjadi secara generatif. Terjadinya individu baru didahului dengan adanya peleburan sel kelamin jantan dan betina (pembuahan/ fertilisasi). Reproduksi pada vertebrata dibedakan menjadi ovipar, vivipar, dan ovovivipar.
 a) Ovipar (bertelur)
Ovivar terjadi pada hewan yang meletakkan telurnya di luar tubuh induk betina. Contoh: unggas, ikan, dan katak.
b) Ovovivipar (bertelur beranak)
Sebenarnya hewan ini bertelur, tetapi embrio berkembang pada saat telur masih berada di dalam tubuh induk betina. Contoh: pada sebagian reptil (kadal dan ular).
c) Vivipar (beranak)
Embrio berkembang dalam rahim induk betina. Embrio mendapatkan makanan dari tubuh induk betina melalui plasenta. Contoh: mamalia dan manusia.
a. Proses Pembuahan pada Hewan
Pada hewan tingkat tinggi, jenis kelamin antara hewan jantan dan betina dapat dibedakan. Proses pembuahan berdasarkan tempatnya, dibedakan menjadi pembuahan di luar tubuh dan pembuahan di dalam tubuh.
1) Pembuahan di luar tubuh
Pembuahan di luar tubuh dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a) Pembuahan luar secara acak, yaitu peristiwa pengeluaran sperma dan sel telur oleh hewan jantan dan betina secara bersamaan di sembarang tempat dalam air. Contoh: katak dan ikan.
b) Pembuahan luar dalam sarang, sperma dan sel telur disimpan di dalam sarang atau cekungan.
2) Pembuahan di dalam tubuh
Pembuahan di dalam tubuh disebut juga fertilisasi internal, terjadi dalam tubuh induk betina. Sel telur dari
ovarium yang dihasilkan hewan betina dewasa disalurkan ke saluran telur. Sedangkan, hewan jantan memasukkan sperma ke dalam organ reproduksi betina. Dalam saluran telur terjadi pembuahan atau pertemuan antara sel telur dan sperma. Pembuahan ini dilakukan umumnya pada hewanhewan
reptil, burung, mamalia, serta beberapa jenis ikan dan amfibi
. b. Perkembangbiakan Seksual pada Mamalia
Perkembangbiakan secara seksual pada mamalia adalah sebagai berikut.
1) Alat perkembangbiakan pada hewan jantan
Hewan jantan mempunyai sepasang testis berbentuk bulat, terletak di dalam kantung yang disebut skrotum. Testis memproduksi sel kelamin jantan (spermatozoa) yang dikeluarkan melalui saluran sperma (vas deferens). Pada alat kelamin bagian luar terdapat penis yang mempunyai fungsi untuk memasukkan sel sperma ke dalam alat kelamin betina.
2) Alat perkembangbiakan pada hewan betina
Hewan betina mempunyai sepasang ovarium yang terletak di sebelah kanan dan kiri ginjal, ukurannya sangat kecil, berfungsi menghasilkan ovum (sel telur). Jika ovum telah matang, akan terjadi ovulasi (pelepasan ovum) dan keluar ke oviduk menuju uterus (rahim). Uterus merupakan tempat pertumbuhan dan perkembangan embrio. Setelah uterus, terdapat vagina yang merupakan alat perkawinan luar, yaitu lubang tempat masuknya sel sperma.
3) Cara perkembangbiakan secara seksual
Jika hewan telah memasuki tahap kedewasaan, sel telur akan dihasilkan dan terjadi ovulasi. Bila terjadi perkawinan, sperma masuk ke dalam alat reproduksi betina. Ovum yang telah diovulasi akan dibuahi dan terjadi di dalam oviduk. Setelah terjadi pembuahan, dihasilkan zigot yang akan bergerak menuju uterus dan menempel pada dinding uterus. Zigot tumbuh dan berkembang menjadi embrio. Untuk
memperoleh makanan dan oksigen dari induk, embrio dan induk dihubungkan dengan plasenta dan tali pusat. Embrio setelah mencapai kesempurnaan berubah menjadi fetus (janin) dan siap dilahirkan. Lamanya fetus atau masa kehamilan dalam uterus tiap hewan berbeda-beda.
E. Tingkat Reproduksi
Tingkat reproduksi adalah kemampuan suatu organism untuk berkembang biak. Artinya, tingkat reproduksi adalah kemampuan suatu organisme untuk menghasilkan keturunan. Tingkat reproduksi sangat mempengaruhi kelangsungan hidupnya suatu organisme. Tingkat organisme dapat dikatakan rendah bila jumlah keturunan yang dihasilkan sedikit dan membutuhkan waktu
yang cukup lama. Akibatnya, organisme tersebut akan mengalami kepunahan dan menjadi langka. Contohnya adalah badak bercula satu. Untuk menghasilkan satu keturunan atau satu anak membutuhkan waktu ± 6 tahun. Contoh lain adalah harimau sumatra, panda, dan koala. Tingkat organisme dikatakan tinggi bila mampu menghasilkan keturunan yang banyak dalam waktu yang singkat. Makin banyak suatu makhluk hidup menghasilkan anak atau keturunan, secara tidak langsung kelangsungan hidup makhluk hidup tersebut mampu dipertahankan dan terhindar dari kepunahan. Contohnya adalah sapi, kambing,
kelinci, ayam, itik, dan kuda.

0 komentar:

Posting Komentar